Sunyinya "Lewat Djam Malam" di Solo

Kembali ke masa pascarevolusi. Inilah nuansa yang menyeruak di film karya sutradara besar Indonesia, Usmar Ismail, Lewat Djam Malam. Film yang diproduksi tahun 1954 ini baru saja direstorasi untuk ditayangkan ulang di bioskop Indonesia. Meski telat hampir dua bulan dibanding premiere di kota-kota lain, Solo akhirnya menayangkan film yang santer disebut sebagai film terbaik Indonesia di masanya ini, Kamis (9/8/2012).

Sayang, antusiasme penonton Solo menyimak film bersejarah itu sangat memprihatinkan. Bila di premiere film Hollywood seperti Amazing Spiderman dan The Dark Knight Rises kursi selalu penuh, Lewat Djam Malam justru sebaliknya. Ketika Solopos.com menonton film ini di Grand 21 Solo Grand Mal (SGM), Kamis malam, hanya delapan bangku yang terisi.

Salah seorang penonton, Hanif, 23, mengaku tertarik melihat film hitam putih itu setelah membaca resensi di internet. Ia penasaran dengan kondisi Indonesia pascarevolusi kemerdekaan. “Film ini Indonesia banget. Bisa menyampaikan transisi masa revolusi ke modern secara gamblang dan apa adanya,” ujar mahasiswa semester akhir UNS ini.

Film yang pernah diputar di Festival Film Cannes 2012 itu berkisah tentang mantan pejuang bernama Iskandar (AN Alcaff). Ia memutuskan keluar dari dinas ketentaraan dan memulai hidup baru sebagai warga sipil di Bandung. Konflik dimulai ketika ia menemukan rekan tentaranya terlibat korupsi yang mengatasnamakan perjuangan mereka.

Dibalut nuansa kelam layaknya film noir, Lewat Djam Malam sukses mengaduk-aduk emosi penonton. Manajer Grand 21 SGM, Sriyono, mengakui animo penonton hari pertama Lewat Djam Malam mengecewakan. Pihaknya menilai keterlambatan film tersebut masuk ke bioskop Solo adalah penyebabnya. “Di bioskop kota-kota besar lain, film ini sudah diputar Juni lalu. Mungkin penonton yang penasaran sudah menyimaknya di Jogja,” ujarnya tentang film yang menyabet penghargaan di Festival Film Indonesia 1955.  

Chrisna Chanis Cara/JIBI/SOLOPOS
Sumber: Solopos.com

No comments:

Post a Comment