Film "Lewat Djam Malam": Manusia Indonesia Pasca Revolusi

Mulai 21 Juni, karya Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail 'Lewat Djam Malam' (1954) yang telah direstorasi diputar di bioskop di Jakarta dan Bandung. Sebelumnya, film ini telah diputar di National Museum of Singapore, dan di sesi Cannes Classics di Festival Film Cannes, Prancis, Mei lalu.

Film ini menampilkan bintang yang terkenal saat itu, Bambang Hermanto sebagai salah satu pemeran pendukung. Adapun peran utama dipercayakan kepada aktor bernama AN Alcaff dan aktris bernama Netty Herawati. Pemeran pendukung lainnya adalah aktris bernama Dhalia yang menjadi pencuri perhatian di film ini.


Naskah cerita dan skenario film ini ditulis oleh Asrul Sani, yang di kemudian hari dikenal sebagai filmmaker dan sastrawan besar. Latar ceritanya mengambil lokasi di Bandung, sepuluh tahun setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaan. Kala itu, situasi sosial dan politik masih tidak menentu, dan tentara memberlakukan aturan jam malam. 

Dengan gaya yang mengingatkan kita pada film-film noir yang kelam, 'Lewat Djam Malam' dibuka dengan langkah kaki di jalanan yang basah oleh sisa air hujan. Sepasang kaki itu awalnya melangkah perlahan saja, namun lama-lama semakin cepat. Kamera lalu menyorot wajah pemilik sepasang kaki itu, seorang lelaki muda yang kusut dan letih. 

Lelaki itu mempercepat langkahnya karena ada serombongan tentara yang mengejar. Rupanya, waktu sudah melewati batas jam malam. Orang tidak boleh berada di luar rumah. Namun, lelaki itu berhasil meloloskan diri dari kejaran tentara, dan masuk ke sebuah rumah besar dengan selamat. Di rumah itu, ia disambut seorang perempuan yang telah menunggunya dengan cemas. 

Lelaki itu bernama Iskandar (diperankan AN Aclaff), dan baru pulang dari medan perang. Ia meninggalkan ketentaraan untuk "kembali ke masyarakat". Ia pulang ke rumah pacarnya, Norma (Netty Herawaty). Keesokan harinya, sang calon mertua mencarikannya pekerjaan di kantor gubernur di Gedung Sate, namun hari itu juga ia dipecat. 

Iskandar pun kemudian menemui teman seperjuangannya, Gafar (Awaludin) yang kini jadi pemborong bangunan. Namun, dengan Gafar ia juga merasa tak cocok. Lalu, ia menemui Gunawan (Rd Ismail), bekas komadannya. Hasilnya malah lebih buruk, Iskandar muak melihat Gunawan yang kini telah jadi bos perusahaan. 

Kegalauan Iskandar akhirnya bermuara pada pertemuannya dengan Pujo (Bambang Hermanto), bekas anak buahnya. Pujo kini menjadi centeng di rumah bordil, dan itu mempertemukan Iskandar dengan pelacur bernama Laila (Dhalia). 

Pertemuan-pertemuan itu menguak luka lama dari medan perang. Iskandar ternyata masih dibayangi rasa bersalah atas salah satu pembunuh yang pernah dilakukannya pada sebuah keluarga borjuis, atas perintah atasannya, dan atas nama revolusi.

Sementara, pada saat yang sama, Norma sibuk belanja kue di Jalan Braga untuk pesta menyambut kembalinya Iskandar. Tapi, di manakah dia, sampai malam tak kunjung muncul di arena dansa? Di rumah bordil bersama Laila, atau membuat perhitungan dengan orang-orang dari masalalu yang kini memberinya kenyataan lain yang menyakitkan?

Di jaringan bioskop 21/XXI, film ini diputar di Plaza Senayan (Jakarta) dan Ciwalk (Bandung). Sedangkan di Blitzmegaplex, film ini bisa disaksikan di Grand Indonesia (Jakarta), Teras Kota (Tangerang), dan Paris van Java (Bandung).



Sumber: detik.com

No comments:

Post a Comment